Alasantersebut disampaikan dalam rapat yang digelar Pemerintah Provinsi Bengkulu bersama Tim Terpadu Penetapan Harga TBS Sawit Provinsi Bengkulu, Selasa (19/7/2022) hari ini. Pertama-tama alasan PKS tidak mengikuti penetapan harga pemerintah karena mereka sudah memiliki ketetapan harga sendiri dari perusahaan pusat mereka bekerja.
ataujasa yang dijual oleh perusahaan dan kerusakan yang dilaporkan oleh pelanggan harus diperbaiki dengan cepat oleh perusahaan (Swami, 2006). Umpan balik yang diterima dari pelanggan merupakan bentuk layanan purna jual, bentuk pemberian informasi yang disampaikan oleh pelanggan kepada perusahaan, mengatasi keluhan yang timbul dari dalam
IniCara Menganalisis Framing Berita dan Contoh Kasusnya. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah ideologi atau cara pandang seorang wartawan atau media saat mengkonstruksikan fakta yang terjadi, lebih condong kemana media tersebut. Pada dasarnya, framing adalah metode penyajian realitas atau fakta di mana kebenaran
1 Logis, yaitu pernyataan yang tertuang di dalam karya ilmiah dapat diterima oleh akal. 2. Sistematis, yaitu semua yang dikemukakan disusun secara runtut sehingga menunjukkan kesinambungan. 3. Objektif, yaitu semua keterangan yang disampaikan secara apa adanya. 4. Lengkap, yaitu setiap permasalahan yang diungkapkan dibahas secara lengkap.
Videovideo yang ada dibawakan oleh John Green, yang juga dikenal sebagai penulis best-seller novel The Fault in Our Stars. Tidak hanya bisa menjelaskan sejarah dengan sangat tekun, John Green juga seringkali memasukan informasi-informasi tambahan dan trivia yang sangat berguna untuk disampaikan di ruang kelas.
Justruhal ini akan membuat penikmatnya bertanya-tanya inti seperti apa yang hendak disampaikan oleh penulis. Akhirnya minat orang untuk membacanya menjadi menurun karena tidak bisa menangkap maksud yang penulis jabarkan. 2. Mengemukakan Ide yang Tidak Dijelaskan dalam Isi Rekomendasi Buku Terkait . Contoh Kesimpulan.
Sepertidi dalam membaca sebuah buku, majalah, Koran, jurnal, portal, sosial media, dan lain sebagainya perlu pemahaman karena pembaca sedang menangkap pesan yang disampaikan oleh penulis. Maka secara umum, membaca memang dimaknai sebagai kegiatan menganalisis, meresapi, bahkan menginterprestasi pesan yang disampaikan oleh penulis.
Jikadua kursus online yang disebutkan sebelumnya berasal dari luar negeri, kursus yang satu ini adalah produksi lokal. Skill Academy by Ruangguru menjadi salah satu platform kursus online bersertifikat terpercaya di Indonesia. Oleh karena merupakan produksi lokal, kursus di Skill Academy by Ruangguru disampaikan dalam bahasa Indonesia.
iWkKD. Perhatikan contoh cerita di bawah ini! Novel Ayah Karangan Andrea Hirata Sumber Saya akan menceritakan ulasan mengenai novel Ayah yang dikarang oleh Andrea Hirata. Pada awalnya, saya kurang tertarik dalam membaca novel. Akan tetapi, novel ini memberi kesan yang berbeda, yaitu menarik untuk dibaca. Novel ini ditulis oleh Andrea Hirata selama 6 tahun. ltu yang membuat saya semakin tertarik untuk membacanya. Namun ternyata novel ini ditulis selama 6 tahun karena ia juga sibuk mengurusi terjemahan novel Laskar Pelangi ke berbagai bahasa asing lainnya. Saya terkesan oleh Andrea Hirata karena Andrea Hirata selalu membawa-bawa nama kampungnya, Belitong, sebagai latar cerita. Dia juga membuat Belitong terkenal karena novelnya yang berjudul Laskar Pelangi yang sekarang diterjemahkan kedalam 45 bahasa asing. Jadi, tidak ada yang bisa menahan kalian untuk membaca novel karangan Andrea Hirata. Novel ini menceritakan kehidupan ayah dan anak. Dimulai dari masa mudanya, tokoh yang bernama Sabari. Tokoh ini patut untuk diteladani walaupun dia begitu lugu. Sabari itu anak seorang guru Bahasa Indonesia. Dia pandai juga membuat puisi. Setiap malam menjelang tidur, ayahnya selalu diminta untuk bercerita tentang keluarga langit dan melantunkan nyanyian untuk merayu awan. Sabari memiliki teman yang sangat setia kepadanya yaitu Tamat, Ukun, dan Toharun. Mereka setia kawan dalam mendukung temannya satu sama lain. Walaupun Sabari terkadang tidak mendengarkan pembicaraan temannya. Sabari juga merupakan tokoh yang setia. Dia mencintai seorang perempuan yang bernama Lena sejak SMA. Sampai-sampai dia hafal telah mencintai Lena selama berapa tahun, bulan, minggu, jam, hingga menit. Awal Sabari terpesona dengan Lena adalah di saat ujian masuk SMA yaitu pada saat Lena mengambil kertas jawaban ujian Bahasa Indonesia Sabari. Setelah lulus SMA pun, Sabari tetap mencintai Lena. Ke mana pun pergi, ia tidak lupa kepada Lena. Sabari pantang menyerah. Ia mencari cara untuk bisa tetap dekat dengan Lena. Ia bekerja di pabrik batako milik ayah Lena, Markoni. Sebaliknya, Lena merupakan orang yang keras kepala. Dia selalu membangkang omongan ayahnya. Ayahnya, Markoni, tidak ingin nasib anak-anaknya sepertinya, yang tidak pernah mendengarkan perkataan ayahnya. Akhirnya, dia malah gagal dan merasa menyesal di akhir karena tidak mendengarkan ayahnya. Lena tidak setia, gampang bosan, dan plin-plan. Cerita novel Ayah memang tergolong sederhana. Novel ini memiliki bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami pembaca. Ceritanya menyisipkan nilai-nilai budaya Indonesia. Selain itu, novel ini memiliki amanat yaitu jangan mengabaikan pembicaraan ayah. Seorang ayah akan berusaha untuk melakukan apa pun demi kebaikan anaknya. Novel ini juga mengajarkan kita untuk selalu saling mendukung sahabat yang sedang dalam kesulitan. Mungkin pada awalnya novel ini kurang dapat dipahami karena alur ceritanya. Pada bagian depan novel Ayah ini, terdapat dua cerita yang tokohnya benar-benar berbeda. Apabila kita membacanya hingga belakang, cerita di novel ini menyatu dan kisah yang disambung itu mungkin bisa membuat kita tertawa karena tidak disangka-sangka ternyata si ini adalah ayah si itu dan sebagainya. Saya pun membaca buku ini agak sering membolak-balik karena saya bingung dengan alur novelnya. Sumber https//www. kompasiana. comlprisci/laleew/56d07ef8ae7a6J2b108b4571/ulasan-nove/-ayah-karya-andrea-hirata?page=2, diunduh tanggal 29 Agustus 2019 pukul 1 dengan pengubahan untuk keperluan pembelajaran. Apakah buku tersebut direkomendasikan oleh penulis ulasan bagi pembaca? Kalimat mana yang menunjukkan rekomendasi tersebut?
Teks editorial adalah tulisan yang ditulis oleh redaktur utama media yang berisikan pendapat, pandangan umum, atau reaksi mengenai suatu peristiwa atau kejadian berita aktual yang tengah menjadi sorotan masyarakat. Artinya, teks editorial merupakan teks yang mewakili bagaimana suatu media memandang dan menanggapi berita terkini yang mereka publikasikan. Sementara itu, Kosasih 2017, hlm. 282 mengungkapkan bahwa teks editorial merupakan kolom khusus Alma surat kabar yang berisi tanggapan redaksi media baik itu sekedar pendapat, kritik, pujian, hingga sindiran terhadap suatu peristiwa faktual yang tengah terjadi di lingkungan masyarakat luas. Teks editorial juga sering disebut dengan tajuk rencana yang berarti artikel utama dari suatu surat kabar yang berisi pandangan redaksi tim penulis dan penyusun koran terhadap suatu isu pada saat koran tersebut diterbitkan. Sumadiria 2011, hlm. 82 menyatakan bahwa tajuk rencana dapat diartikan sebagai opini redaksi yang berisi aspirasi, pendapat, dan sikap resmi media terhadap berbagai persoalan, kejadian atau fenomena aktual yang kontroversial yang sedang terjadi di dalam lingkungan masyarakat. Intinya, kolom tersebut adalah kolom khusus berupa opini untuk menanggapi berita yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan di kalangan masyarakat luas. Karena hal yang ditanggapinya adalah teks berita, maka di dalamnya juga terkandung fakta yang bercampur dengan pendapat subjektif bukan fakta. Oleh karena itu, dapat membedakan mana yang fakta dan mana yang sekedar opini adalah suatu keharusan dalam menanggapinya. Editorial yang baik akan membuka horizon yang lebih luas dan tidak memaksakan suatu ideologi tertentu bagi pembacanya. Membedakan Fakta dan Opini Namun, jika respons kita terhadap tulisan itu juga kurang baik, bisa jadi kita menyalahartikan maksud sebenarnya pula. Pada akhirnya, kita sebagai pembaca juga harus mampu membedakan fakta dan opini untuk memastikannya. Berikut adalah cara membedakan fakta dan opini dalam teks editorial. Pilah berbagai kalimat yang mengandung kritik, penilaian, prediksi, harapan, dan saran. Kalimat seperti itu adalah opini dan bukan fakta. Pisahkan berbagai kalimat yang mengandung data fakta seperti kalimat yang menyatakan suatu angka statistik dari lembaga terpercaya, atau kalimat langsung dari hasil wawancara narasumber. Identifikasi peristiwa, tokoh, kejadian, dan semua yang berhubungan dengan berita yang dikomentari dalam teks editorial. Verifikasi kebenaran berbagai data, peristiwa, dan semua konteks lainnya yang digunakan dalam teks editorial. Caranya dapat sesederhana membandingkannya dengan berita dari media lain atau mengakses website resmi penyedia data. Struktur Teks Editorial Karena teks editorial adalah suatu opini atau pendapat, maka teks ini termasuk ke dalam teks eksposisi. Dengan demikian, struktur umum dari teks ini juga meliputi tesis, argumentasi, dan penegasan. Berikut adalah penjelasan lengkapnya berdasarkan yang diungkapkan oleh Tim Kemdikbud 2017, hlm. 98. Tesis pengenalan Isu Merupakan pendahuluan teks editorial berupa pendapat dan gambar umum mengenai isu yang dikomentari. Argumen penyampaian pendapat Pembahasan mendetail mengenai peristiwa yang dikomentari penguatan terhadap pendapat dalam bentuk argumen logis maupun data faktual. Penegasan ulang Merupakan saran, rekomendasi, kesimpulan, hingga harapan yang berkaitan dengan solusi ataupun sekedar prediksi ke depan mengenai berita yang dikomentari. Sementara itu, menurut Kosasih 2017, hlm. 285 berikut adalah struktur dari teks editorial Pengenalan isu Bagian ini adalah pembuka dari suatu persoalan aktual yang ditulis. Sehingga, pengenalan isu dalam paragraf sangat dibutuhkan untuk memberikan konteks awal kepada pembaca. Bagian ini dapat berisi pengenalan isu utama yang menjadi sorotan, tokoh, opini masyarakat pro-kontra, dan hal umum lain yang membantu. Penyampaian argumen-argumen Merupakan tanggapan para penyusun media yang bersangkutan redaktur mengenai kejadian, peristiwa atau persoalan aktual yang sedang disoroti dalam teks editorial. Pada bagian ini redaktur dapat menunjukkan di mana posisinya keberpihakannya terhadap isu yang dibahas, setuju? tidak setuju? atau justru hanya mengapresiasi dan memberikan pujian saja. Kesimpulan, saran, ataupun rekomendasi Bagian ketiga ini adalah penutup dan dapat dikatakan menjadi sikap akhir, saran, kesimpulan, maupun rekomendasi dari informasi yang dikomentari. Saran/Rekomendasi yang Baik Perlu digarisbawahi bahwa saran yang baik tidak akan hanya sekedar membahas gambaran umum solusinya saja. Saran harus lengkap dengan gambaran khususnya sehingga tidak pihak yang dikritik tidak merasa disepelekan. Saran atau rekomendasi yang baik pada teks editorial akan memuat beberapa poin di bawah ini. Benar-benar dapat menjadi solusi bagi penerima saran untuk memecahkan masalahnya. Bersifat praktis atau dapat dipraktikkan, tidak hanya teoretis. Ditunjukkan gambaran khususnya bagaimana langkah atau caranya, tidak hanya berupa gambaran umum yang abstrak. Kaidah Kebahasaan Teks Editorial Sedangkan dari kaidah kebahasaan, meskipun teks ini termasuk ke dalam teks eksposisi, ciri kebahasaannya justru lebih dekat dengan bahasa jurnalistik. Hal ini karena pada dasarnya tujuan penulisan teks editorial adalah menyampaikan pendapat mengenai suatu berita. Oleh karena itu, wajar saja jika kaidah kebahasaannya juga masih berkaitan erat dengan teks berita. Berikut adalah ciri-ciri bahasa atau kaidah kebahasaan teks editorial. Banyak menggunakan kalimat retoris. Kalimat retoris utama yang sering digunakan adalah kalimat pertanyaan yang tidak ditujukan untuk dijawab namun untuk merangsang pembaca agar merenungkan suatu masalah lebih dalam. Penggunaan kata-kata populer sehingga lebih mudah untuk dicerna oleh khalayak masyarakat seperti menengarai, pencitraan, balada, terkaget-kaget, dsb. Penggunaan kata populer juga ditujukan agar pembaca tetap rileks meskipun tulisan dipenuhi tanggapan kritis. Banyak menggunakan kata ganti penunjuk yang merujuk tempat, peristiwa, waktu, seperti ini, itu, ke sini, begitu. Banyak menggunakan kata penghubung atau konjungsi kausalitas sebab-akibat seperti sehingga, karena, sebab, oleh sebab itu Kemdikbud, 2017, hlm. 100. Ciri Teks Editorial Berdasarkan isi dan berbagai penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri teks editorial adalah sebagai berikut. Berisi fakta atau peristiwa yang aktual, sedang ramai diperbincangkan, hingga kontroversial. Berupa opini atau pendapat redaksi media massa terhadap peristiwa yang diberitakan Memiliki kritik, penilaian, apresiasi, prediksi, saran maupun harapan terhadap isu yang dibahas. Terdapat saran atau rekomendasi yang dapat menjadi solusi ditunjukkan oleh bagaimana caranya secara konkret. Sederhananya, Sumadiria 2011, hlm. 90 mengungkapkan bahwa proses penggarapan teks editorial tajuk rencana terbagi menjadi empat tahap, yaitu sebagai berikut. Pencarian ide dan topik Seleksi dan penetapan topik Pembobotan substansi materi dan penetapan tesis Proses pelaksanaan penulisan Sementara itu, Tim Kemdikbud 2017, hlm. 106 langkah-langkah untuk menulis teks editorial adalah sebagai berikut. Bacalah dua atau tiga teks editorial/tajuk rencana dari sumber berita media massa yang berbeda sebagai berbagai referensi gaya penulisan. Susunlah data isu-isu utama untuk dirumuskan menjadi pernyataan umum. Telusuri data-data pendukung atas pernyataan umum sudah ditulis sebelumnya dari berbagai sumber terpercaya seperti buku, media massa terpercaya, lembaga penelitian, badan pusat statistik, jurnal ilmiah baik secara daring maupun luring. Susun perincian data data tersebut lalu analisis dan buat argumen berdasarkan hasil analisisnya. Tafsirkan berbagai argumen-argumen yang telah dibuat menjadi pendapat baik berupa kritik, apresiasi, harapan, atau penilaian umum. Kemukakan saran atau rekomendasi dan tunjukkan caranya, agar memberikan solusi, bukan hanya sekedar kritik saja atau rincikan kebaikannya tidak hanya memuji saja. Kemaslah seluruh kerangka yang telah dipersiapkan menjadi tulisan teks editorial dengan kalimat dan paragraf yang efektif agar tidak terlalu panjang dan tetap ringan untuk dibaca; 8-10 paragraf, setiap paragraf terdiri dari 2-3 kalimat. Kemudian, Kosasih 2017, hlm. 293 mengatakan langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut. Memilih selecting Merupakan langkah yang memilih isu-isu hangat yang akan diangkat ke dalam tulisannya. Mengumpulkan collecting Maksud dari mengumpulkan adalah mengumpulkan berbagai data yang dapat memperkuat argumen dan opini yang akan disampaikan agar editorial lebih dari sekedar opini. Mengaitkan connecting Berarti mengaitkan atau menghubungkan data dan argumen, hingga mendiskusikannya dengan seluruh anggota redaksi, karena editorial mewakili media secara keseluruhan, bukan opini pribadi. Memperbaiki correcting Membaca kembali tulisan secara menyeluruh dan memastikan tidak ada dalam ketepatan isi, struktur, dan kaidah kebahasaan. Contoh Teks Editorial Kumpulan contoh teks editorial beserta strukturnya dapat dilihat pada artikel di bawah ini. Contoh Teks Editorial beserta Strukturnya Berbagai Tema Referensi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAN Kelas XII. Jakarta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kosasih, E. 2017. Jenis-jenis Teks. Bandung Penerbit Yrama Media Sumadiria, AS Haris 2011. Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis. Bandung Simbiosa Rekatama Media.
by Jeffe Kennedy As part of the writing and reading community, we all end up recommending books. Sometimes we stumble upon a request and can’t resist replying. Other times, we get tagged in a request—someone will tweet “I love jeffekennedy’s books, but I’ve read them all. What else can I read like those?” Sometimes the request is more direct than that, like when my readers ask me what they should read while they wait for me to write the next book. The subject might come up in an interview or discussion. The request for book recommendations is nearly inevitable in most author public events, no matter the medium. Recently on a virtual panel discussion on my particular subgenre, someone asked “If I’m going to read one book to test out this subgenre, which one book should I try?” There had been a lot of discussion about the subgenre, and a lot of books and authors discussed, but then someone asked for one book representative of the subgenre that they could get to test the waters. Unfortunately, many of the ensuing recommendations, while for wonderful books, were not on target. I see this a lot, where the books that people recommend come nowhere close to satisfying what the asker is looking for. A great, on-target recommendation can be life-changing. We all know that word of mouth—personal recommendations—is still the number one way books get sold. For up-and-coming authors, a single, well-placed recommendation can ignite their career. And the people who do give good book recommendations? These people are pure gold because they serve both authors and readers. They are the best kind of curators, tending a garden of many blooms—and they know exactly which blossoms will suit the visitors to their garden of reading. It’s absolutely an acquired skill. Since authors are so often asked to provide recommendations, it behooves us all to acquire that skill. Here are some simple guidelines for cultivating our own gardens of book recommendations. Create a List This is the garden you draw from, and it’s so helpful to have a list on hand because it saves you from having to make recommendations off the top of your head—which leads to popping off the Big Names. Organize your list by genre, subgenre, and type of author see 2. Start by going through your keeper shelves and add all the books and authors you love. Don’t worry about how long it is—we’ll refine it later. For this first step, throw everything you like on this list. Like any garden, this list will require ongoing care and maintenance. It should be a living document, so you’ll be adding new and exciting species, refining, and increasing variety. Diversify Your List Think of this as enriching the soil of your garden. This takes conscious effort because we all tend to gravitate to certain types of authors. Go through your list and pay attention to how the authors on your list represent ethnicity, race, religion, gender, disability, sexual orientation, and other areas of identity. Authors will often note their identities in their website and/or social media bios this is also a great exercise to observe how often people whose identities fall into what’s considered the default—heterosexual, cis, white, able-bodied, Christian, men, American—don’t note those aspects of their identities. Add copyright dates for each work we’ll get to that in 3. Then run the numbers. Is the male/female balance roughly 50/50? Are there authors who identify as nonbinary? Are there authors of color? Are there LGBTQ+ authors on your list? Do any of the authors identify as disabled? Are there authors of religions or philosophies that are not your own? Are there equivalent numbers of self- and traditionally published works? Please note that I’m not asking you to ever share this list publicly, nor to recommend authors by stating these criteria. This is your own garden blueprint, a study guide for checking your own biases. And this is your opportunity to diversify your reading. Any good gardener loves to visit other gardens for ideas! Check out hashtags like ownvoices and weneeddiversebooks for lists of authors to add to your reading. This is something we should all be doing anyway, both as authors studying our craft and to provide good book recommendations. Put Current Works on Your List It’s always fun to add new plants to the garden, but it does require some trips to the nursery. Look at those copyright dates. How many books were published more than two years ago? Five years? Ten? Twenty-five, fifty or more? For reference, if you’re always recommending Tolkien’s The Lord of the Rings, that was first published in 1954 and 1955. At the time of this writing, that makes The Fellowship of the Ring over sixty-six years old. No, you don’t have to take it off your recommendation list, but ask yourself honestly if it’s the type of book being asked for—and create a spread in your list as follows Create time divisions. Totally up to you how you stratify the books, but I suggest something like this Books published in the last two years 20% Books published two to five years ago 30% Books published five to ten years ago 30% Books published ten to twenty-five years ago 10% Books published more than twenty-five years ago 10% Examine the gaps. You might see there are big holes in your timeline of books, and that’s where you’ll have to put in the work. Many of our favorite books are from the first twenty or so years of our lives. You can keep those, but pick and choose carefully. Start reading newer stuff. We get busy, and it’s hard to keep up with all the new stuff. But if we’re going to stay relevant—as writers, as recommenders, and as human beings in a dynamic culture—we have to read the newer works. You don’t have to read all of every book. Look at the process as refilling the well. Even if you don’t like some of what you taste, at least you’re getting familiar with the array of flavors out there. But how do you find those books? Use the demographic gaps as a starting place; look for the hashtags and lists mentioned in 2. Ask for recommendations yourself! And while you’re at it, pay attention to the recs that fail to meet your parameters and learn from them. Look at award finalists and nominees in your genres. I’ll add the caveat here that you shouldn’t look only at these because awards can be incestuous, with the same names recurring regularly. Pick books at random! Grab books from the library or sample them on your eReader. Look for sales and book giveaways. Try stuff just because. Revisit Your List Regularly, Prune, and Fertilize When you discover a new book or author you love, add them to the list. You’ll find some stuff drops off as you add newer works. That’s normal. Plants age and stop producing the same blooms. They can be rotated out. Keep a master list, and then refine by subgroups so you’re ready to consult those lists when the questions come up. You’ll have a ready and relevant set of recommendations to offer. Consider Your Motivations When you ready those book recommendations, make sure you’re really answering the question. Did the visitor to your garden ask for a rose or a handful of berries? This is an opportunity to hand someone a gift that might be life-changing, so consider your intentions in giving it to them. Be Honest and Authentic This should go without saying, but don’t recommend a book you haven’t read, at least in part. This is your garden, a reflection of you. The authenticity of our book recommendations is something of value to ourselves and our readers. Remember, this is about improving your own recommendations. No one is keeping score. We’re just all trying to do better. Jeffe Kennedy is an award-winning author whose works include non-fiction, poetry, short fiction, and novels. Her most recent works include the traditionally published fantasy series The Twelve Kingdoms, The Forgotten Empires, and The Uncharted Realms, and her self-published fantasy series Sorcerous Moons. She lives in Santa Fe, New Mexico with two Maine coon cats, numerous free-range lizards, and a very handsome Doctor of Oriental Medicine. Jeffe can be found online at her website every Sunday at the SFF Seven blog, on Facebook, on Goodreads, and on Twitter jeffekennedy. She is represented by Sarah Younger of Nancy Yost Literary Agency.